Oleh : Rr Nayfa
Langit cerah menyambut langkah kami, para anggota Lembaga Pers Pelita Mu’allimaat, ketika bis besar yang kami tumpangi akhirnya tiba di pelataran kantor Tribun Jogja. Angin silir yang sejuk, tempat duduk outdoor yang nyaman, serta sambutan ramah dari tim redaksi Tribun membuat suasana terasa hangat dan bersahabat.
Kegiatan kunjungan jurnalistik yang digelar pada Kamis, 9 Mei 2025 ini menjadi salah satu program kerja Lembaga Pers Pelita Mu’allimaat yang bertujuan memberi pengalaman langsung kepada para anggota tentang dunia jurnalistik profesional. Kami diajak menyelami langsung bagaimana media berjalan dan bekerja dari balik layar.
Pak Heri, salah satu staff redaksi Tribun, membuka acara dengan pemaparan mengenai dasar-dasar penulisan berita. Kami diajak memahami struktur berita yang baik, cara menyampaikan fakta, hingga pentingnya ketepatan informasi. Dalam sesi praktik, kami bahkan diminta membuat berita tentang banjir di sebuah sungai, hal itu ditanggapi dengan antusias oleh peserta. Kami banyak belajar langsung dari dunia profesional.
Tak hanya soal menulis, kami juga dikenalkan pada sisi bisnis media. Ternyata, sebagian besar pendapatan Tribun berasal dari iklan dan kerja sama dengan platform digital seperti Google. Dunia jurnalistik kini tak bisa lepas dari ranah digital yang terus berkembang.
Setelah itu, kami diajak melihat ruangan redaksi. Di sana, kami bisa melihat langsung suasana kerja para jurnalis dan editor yang sibuk menyiapkan konten serta layout untuk media cetak maupun daring. Kami juga ditunjukkan bagaimana siaran langsung Tribun ditayangkan melalui layar laptop.
Salah satu bagian yang mencuri perhatian adalah dinding dengan kutipan besar bertuliskan “Kata kunci untuk pekerjaan jurnalistik adalah aktualitas.” -Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia
Kutipan itu sangat menginspirasi. Seakan jadi pengingat bahwa jurnalisme bukan sekadar menulis, tapi tentang menjadi yang terdepan dalam menyampaikan kebenaran.
Kami juga diajak masuk ke ruang siaran, di mana salah satu dari kami mencoba menjadi news anchor. Seru dan menyenangkan, di ruangan ini, kami melihat layar monitor tempat dua staf mengawasi proses siaran secara real time.
Dan yang paling ditunggu kami menuju gedung percetakan. Kami disambut oleh gulungan-gulungan besar kertas buram, mesin-mesin cetak raksasa, dan keheningan. Ternyata percetakan koran baru beroperasi di malam hari, fun fact lain yang kami temukan adalah adanya tumpukan besar sampah berisi cetakan yang gagal merupakan dampak kecacatan pewarnaan dari tinta yang tak sesuai.
Acara diakhiri dengan sesi dokumentasi dan foto bersama, serta penyerahan plakat dari Lembaga Pers Pelita Mu’allimaat untuk Tribun Jogja. Kami pulang membawa lebih dari sekadar oleh-oleh, kami membawa pengalaman dan semangat baru untuk terus belajar dan berkarya dalam dunia pers.


